Kadang berhenti itu bukan jawaban, dan kita hanya perlu menyadari, kalau kita berperan di tengah cerita. Dan kelanjutan cerita orang lain bergantung pada kita. “Aku seorang istri dan ibu rumah tangga. Awalnya itu coba-coba aja mau usaha sendiri", kata Fitri. "Bikin cinnamon rolls dan roti kasur di dapur sendiri. Aku coba deh, jual lewat media sosial. Eh, ada yang pesan. Dari sana aku seriusin. Aku percaya diri dan daftarin jualanku ke GrabFood, eh jadi bertambah pelanggannya. Menunya kutambah jadi ada rasa macam-macam. Ada tiramisu sampai kacang almon. Dari 2014 aku mulai usaha ini, lagi stabil-stabilnya, lalu ada pandemi", kata Fitri. "Aku sempat nggak yakin melanjutkan usaha, dan berfikir menutup usaha sementara. Tapi kemudian tersadar, ada orang lain bergantung pada usaha ini. Ada pegawai aku, pengemudi GrabExpress yang kirim makanan, penyuplai bahan makanan, bisa ikut terhenti kalau aku berhenti.” Buat Fitri, bisnis makanan adalah bisnis yang sensitif. Dari awal dia sudah tegas pada pegawai soal kebersihan. Karena itu untuk melanjutkan usaha, dia cukup melakukan beberapa tambahan. Seperti selalu menyemprot disinfektan di dapur, tak boleh lupa langsung cuci dan letakkan peralatan di mesin sterilisasi, dan wajib masker dan sarung tangan. "Lalai menjaga kebersihan, nama baik brand jadi taruhannya", ujar Fitri. Aku kasih tas untuk kirim jualan, tulisannya “It takes courage to find good taste.” Aku memercayainya. Jangan takut untuk berani #TerusUsaha apalagi itu untuk kebaikan semua.